Sebelumnya kita telah mengetahui dan memahami full stack developer, sekarang kita coba membahas lebih lanjut cara agar bisa menjadi full stack developer yang andal.
Secara umum, full stack developer adalah peran yang menangani front end dan back end pada suatu aplikasi. Namun, tidak jarang juga peran ini memiliki tanggung jawab lebih dari kedua hal tersebut. Terkadang, full stack developer harus bisa menguasai berbagai hal, mulai dari mendesain UI aplikasi yang akan dibangun hingga cara agar aplikasi yang dikembangkan bisa diakses publik.
Kita mulai dari tahapan-tahapan ketika membangun suatu aplikasi sebagai full stack developer, mengingat ini biasanya adalah peran satu orang yang mengerjakan beberapa bagian. Jadi, ia perlu menyusun tahapan dengan baik agar efisien dalam membangun aplikasi yang diinginkan. Perhatikan gambar berikut.

Secara umum, pembangunan aplikasi mencakup kelima tahapan tersebut. Sebagai full stack developer, kita wajib untuk bisa dan memahami tahapan yang berwarna merah karena itu merupakan tugas seorang full stack developer, yaitu membangun back end dan front end.
Adapun tahapan yang berwarna hijau, yaitu tahapan yang sangat direkomendasikan untuk dikuasai, karena terkadang peran full stack developer juga memungkinkan untuk bertanggung jawab diluar tugas utamanya seperti membuat desain UI, melakukan testing atau pengujian dan melakukan deployment.
Mari kita bahas.
Membuat Desain UI
Desain UI menjadi salah satu hal yang vital karena desain menjadi wajah suatu aplikasi. Selain itu, desain UI juga membantu kita sebagai developer untuk menggambarkan bentuk aplikasi yang akan dibuat secara keseluruhan.
Selain itu, hal ini juga bermanfaat ketika membangun front end dan back end nantinya. Ketika membangun front end kita tidak perlu lagi memikirkan desain UI yang ingin dibuat karena sudah membuat hal tersebut sebelumnya.
Pada ranah back end, desain UI bermanfaat untuk menggambarkan skema data yang akan digunakan. Termasuk ketika membangun database, desain UI akan sangat membantu menggambarkan data yang ingin disimpan dan juga endpoint API yang akan dibuat untuk nanti dikonsumsi oleh front end.
Adapun jika sudah familier dengan hal tersebut, kamu bisa langsung mulai merancang desain UI yang sebenarnya menggunakan tools-tools yang populer, seperti Figma dan Adobe XD.
Membangun Back End
Setelah kita memiliki desain UI dan gambaran terkait aplikasi yang akan dibuat, selanjutnya adalah mulai membangun sisi back end atau sisi “belakang” dari aplikasi. Ini adalah tahapan yang wajib dikuasai oleh seorang full stack developer karena termasuk tahapan inti.
Mengapa back end terlebih dahulu? Sebenarnya, ada banyak pendapat terkait hal ini, tetapi opini pribadi penulis adalah agar kita tidak bolak-balik mengerjakan front end. Jadi, ketika nanti mengerjakan front end, selain slicing kita juga bisa langsung melakukan integrasi dengan API yang sudah disediakan oleh back end.
Pada pembangunan back end secara umum ada dua bagian besar, yaitu implementasi database dan membuat API agar data bisa dikonsumsi oleh front end.
Implementasi Database
Sebelum membuat API yang akan dikonsumsi oleh front end, pertama-tama kita harus membuat database terlebih dahulu. Dalam database inilah nanti data-data akan disimpan. Secara umum ada banyak jenis database, tetapi biasanya yang sering digunakan ada dua.
- Relational Database (SQL)
Ini adalah jenis yang sering kita temui dan biasanya diajarkan pertama kali ketika baru belajar terkait database. Jenis ini dapat direpresentasikan seperti tabel. Setiap tabelnya bisa berelasi atau berhubungan satu sama lain. Ada beberapa management system yang populer untuk relational database, di antaranya adalah MySQL, PostgreSQL, dan MariaDB.
- Non-Relational Database (NoSQL)
Berbeda dengan relational database, jenis database yang ini tidak memiliki relasi antar data yang disimpan. Jenis database ini bisa direpresentasikan seperti objek pada bahasa pemrograman, terlebih untuk model document oriented. Salah satu management system yang populer dipakai untuk NoSQL adalah MongoDB.
Membuat API
Jika database tempat kita menyimpan data sudah selesai disusun, sekarang saatnya membuat “jembatan” agar data tersebut bisa ditampilkan ke front end. API sendiri ada banyak jenisnya, tetapi yang paling umum digunakan biasanya REST API. Jenis API ini nantinya akan menyediakan endpoint yang bisa dikonsumsi oleh front end.
Endpoint yang disediakan akan berbentuk URL, contohnya https://myapi.com/users. Jika kita konsumsi URL tersebut, data terkait users yang terdaftar akan didapatkan dari database dan ditampilkan pada front end.
Pembuatan endpoint didasarkan pada kebutuhan dalam desain UI dan juga disesuaikan dengan database yang sudah dibuat. Biasanya akan ada empat endpoint untuk memenuhi kebutuhan Create, Read, Update, dan Delete (CRUD) dengan memanfaatkan HTTP Methods yang ada, yaitu GET, POST, PUT, dan DELETE.
Terkait bahasa pemrograman yang digunakan, sebenarnya ada banyak yang dapat digunakan untuk membangun back end, seperti GoLang, PHP, dan JavaScript. Namun, kamu bisa memulai dengan menggunakan JavaScript terlebih dahulu, mengapa? Agar bahasa pemrograman yang digunakan masih satu lingkup dengan bahasa pemrograman yang digunakan pada front end.
Membangun Front End
Jika kita sudah selesai membangun atau menyiapkan desain UI dan back end, sekarang saatnya kita mulai membangun front end. Tahapan ini adalah salah satu tahapan yang penting untuk dikuasai sebagai full stack developer, seperti halnya membangun back end. Maka dari itu, selain wajib memahami cara membangun back end, seorang full stack developer juga wajib memahami cara membangun front end.
Secara umum, ketika membangun front end kita harus mampu mengimplementasi desain UI yang sudah ada menjadi tampilan antarmuka interaktif berbasis web, mobile, ataupun desktop sesuai dengan platform yang dibutuhkan. Selain itu, kita juga harus bisa membuat struktur layout yang teratur dan bisa di-support dengan baik pada berbagai perangkat dengan ukuran layar yang berbeda-beda.
Tidak lupa juga kita akan mengonsumsi API yang sudah disediakan oleh back end, nantinya data-data yang didapatkan akan ditampilkan menjadi suatu interface menarik. Dengan begitu, data yang ditampilkan pada front end sifatnya dinamis atau dapat berubah-ubah sesuai dengan data dari back end.
Terkait implementasi front end, biasanya dapat diterapkan pada tiga platform, yaitu web, mobile, dan desktop. Mulai belajar dari web terlebih dahulu lebih disarankan karena resource yang digunakan jauh lebih ringan dan komunitasnya sangat besar sehingga mudah untuk mencari informasi yang diinginkan.
Front end berbasis web memiliki tiga hal fundamental yang wajib dikuasai, yaitu HTML, CSS, dan JavaScript.



Posting Komentar